Literasi Keluarga

Sepuluh Nasehat Emak Saat di Meja Makan

Bapakku guru, kemudian jadi Kepala Sekolah SGO PGRI, Serang – Banten.  Bapak wafat 17 Desember 2007. Emak Kepala Sekolah SKKPN Serang. Usia Emak sekarang 84 tahun, alhamduulillah, masih rajin membaca, terutama Al Qur’an. Di hari tuanya, Emak menikmati uang pensiun Rp. 4 juta/bulannya. Semua cucunya mendapat uang jajan setelah Emak mengambil uang pensiun. Istriku – Tias Tatanka dan adik iparku – Ratu Ubay, rutin mengantar Emak ke BRI, mengambil uang pensiun. Sejak dulu Bapak dan Emak selalu membiasakan kami berkumpul di meja makan.Setiap kami makan bersama di meja makan, biasanya sarapan dan makan malam, Emak selalu menasehati kami. Sejak kecil, bahkan hingga anak-anaknya sudah berkeluarga, Emak tetap menasehati kami. Bagi Emak, kami adalah anak-anak kecil yang nakal, yang harus tetap diingatkan. Dan kami merasa beruntung masih memiliki Emak.

Nasehat itu sepertinya sepele dan kadang membosankan, karena Emak tidak pernah berhenti mengatakannya hingga sekarang, di setiap kesempatan. Sepanjang hayatnya. Sepanjang hidupku. Selalu jika bertemu denganku – saat aku menengoknya, Emak akan bertanya:

  1. Sudah sholat?
  2. Kamu tidak pernah menyakiti orang?
  3. Kamu tidak pernah mencuri uang?

Pertanyaan-pertanyaan itu terus diulang. Bagiku jadi terbiasa. Tapi, aku mendapatkan manfaatnya, itu meresap ke dalam jiwaku. Seperti doktrin, tapi membuat hidupku jadi baik, walau belum sempurna. Nasehat-nasehat Emak juga aku sampaikan kepada keempat anak kami. Alhamdulillah, keempat anak kami tumbuh baik dan sudah mampu memutuskan mana yang trebaik buat dirinya.

Putri Pertama – Nabila N Harris (21) , alhamdulillah, kuliah di Fikom Sun Yat Sen University, Ghuangzhou sejak 2018. Kedua – Gabriel Firmansyah Harris (20), kelas 3 SMA di Al Ain, Abu Dhabi. sejak kelas 5 SD (2012), Gabriel sudah merantau ke Abu Dhabi, UEA. Putra ketiga – Jordy Alghifari Harris (15) sedang merintis cita-citanya jadi pelatih badminton di Jerman. Si Bungsu – Natasha Noorsyamsa Harris (14) ingin kuliah di Korea.

Aku rasa, peran seorang Ibu seperti Emak, yang selalu rajin menaseati anak-anaknya, sangat penting. Seorang Ibu hadir tidak hanya phisiknya saja, tapi juga jiwanya. Emak adalah “perpustakaan” pertama. Ibarat “anak ayam kehilangan induknya”, begitulah jika sebuah keluarga tanpa kehadiran seorang Ibu. Istriku – Tias, berperan penting sebagai Ibu kepada keempat anak kami.

Aku merasa beruntung, karena Emak seolah sedang menyiapkan aku untuk kuat menghadapi hidup. Sebagai lelaki, yang kelak akan jadi suami-ayah, kadangkala kehilangan arah, karena selain rasa malas, merasa sudah gagal kalah bersaing dengan orang lain. Padahal hidupku masih panjang. Ini akan jadi fatal, ketika kita sudah terdidik, kemudian kalah oleh zaman, terlindas oleh zaman, karena tidak mampu beradaptasi.

Nasehat-masehat Emak membuatku bisa mengambil posisi “seharusnya berada di mana”. Emak (juga Bapak) tahu betul apa keinginanku. Itulah kenapa mereka tidak keberatan ketika aku mengambil jalan berbeda dari orang lain, keluar dari UNPAD. Padahal  keempat anaknya yang lain, yang semuanya bergelar sarjana.

Aku tahu “orang sukses itu bukan karena ia hebat, pintar, atau kaya. Tapi karena ia mampu beradaptasi dengan zaman.” Hanya saja “beradaptasi dengan zaman” bukan berarti larut dan tenggelam bersamanya. Ibarat belati, jika kita tidak mampu menggunakannya, maka akan jadi alat untuk membunuh. Tapi jika dengan ilmu pengetahuan, belati itu akan jadi perkakas yang produktif dan efektif. Begitu juga dengan alat-alat canggih di era Revolusi Industri 4.0 ini; TV plasma, Handphone, komputer, motor-mobil mewah. Jika kita terlena, benda-benda modern itu akan membunuh.

Pemerintah kita mengeluarkan Permendikbud Nomor 23/2015 tentang budi pekerti. Ini menyikapi hasil penelitian UNESCO, bahwa dari 1000 anak Indonesia hanya 1 yang membaca. Maka dibuatlah program “Gerakan Literasi Nasional” yang melibatkan keluarga (Bindikel), masyarakat (PAUD Dikmas) dan sekolah (Dikdasmen).

Literasi keluarga sangat penting. Ini jadi modal bagus untuk gerakan literasi masyarakat (taman bacaan) dan sekolah (15 menit membaca buku di luar pelajaran). Jika anak-anak kita sudah dikenalkan kepada buku oleh orangtuanya, apalagi pendidikan moral, akan membangun karakter kuat si anak.

Inilah sepuluh nasehat Emak, yang masih aku ingat hingga sekarang:

1. Jangan lupa sholat
2. Hidup harus jujur
3. Jangan memakan barang Haram
4. Jangan mencuri
5. Harus berani karena benar
6. Jika salah harus meminta maaf bahkan kepada anak kecil
7. Memperjuangkan kebenaran
8. Jangan menyakiti orang lain
9. Harus menolong orang yang membutuhkan
10. Jangan mentertawakan orang yang sedang tertimpa musibah.
11. Pesanmu kepadaku?

Sehat selalu, Emak!

Satu tanggapan untuk “Sepuluh Nasehat Emak Saat di Meja Makan

Tinggalkan komentar