Berita

Komputer Jangkrik

Jika mengingat masa lalu, terasa benar perjuangan untuk bisa menerbitkan buku. Seleksinya ketat, teruji oleh redaksi yang rata-rata sarjana sastra. Apalagi ketika komputer mulai trend pada 1990, saya masih memakai mesin tik. Sering bagian produksi menyindir saya, “Nanti-nanti setor disket saja. Kalau kertas ketikan begini, mesti ngetik ulang. Capek.” Saya tahu, rata-rata penulis di HAI saat itu, seperti Hilman Lupus dkk sudah memakai komputer. Boim Le Bon yang satu kosan dengan saya di Palmerah Utara dan Gusur Adhikarya juga sudah memiliki komputer. Beberapa penulis dari Yogya saat itu nasbnya sama dengan saya, tiap seperti tiga malam dari kamar kami berlomba berbunyi, “Tak, tik, tuk, tak tik tuk….. 

Cerita Palmerah memang seru. Saya dibesarkan di Palmerah. Tanpa Palmerah, saya bukan apa-apa. Gramedia Group sangat berjasa dalam karir kepenulisan saya. Untuk bayar kos dan kehidupan sehari-hari dari Palmerah. Saya mulai bergabung di Palmerah tahun 1988. Resmi sebagai karyawan 1999 sebagai wartawan (redaktur fiksi) di Tabloid Warta Pramuka.

Saya baru berhasil membeli komputer jangkrik pada 1992, sepulang backpacking di Asia.  Ketika Arwendo Atmowiloto masuk bui gara-gara menempatkan Nabi Muhammad di urutan ketiga setelah Soeharto dan Iwan Fals di polling tabloid Monitor, saya tidak bergairah lagi bekerja di Gramedia Group Majalah. Role model saya sebagai penulis, ya, Arswendo. Maka saya memilih cuti dan traveling selama 2 tahun di Asia. Catatan perjalanan saya yang dimuat bersambung di Anita Cemerlang (thanks to Bens Leo) dan diterbitkan Puspa Swara (1994). Eka Budianta dan Hikmat Kurnia (sekarang boss Agro Media Group) yang meminta naskahnya. 

Dari honor naskah perjalanan itu, saya membeli komputer jangkrik ke Herdi Kusmayadi, teman di SMAN 1 Serang. Seperti mimpi, bisa membeli komputer. Setelah punya komputer, saya semakin produktif menulis serial Balada Si Roy di HAI. Untung pada 1982-an, saya pernah kursus komputer di LPKIA, Jl. Badak Singa, Bandung. Saya ingat waktu itu, Bapak memintaku untuk kursus komputer. Kata Bapak, “Suatu saat komputer akan dibutuhkan. Kami bisa mengetik dengan komputer.”

Betul juga kata Bapak. Pemilik LPKIA waktu itu Jusuf Randi. Saya belajar mengetetik menggunakan prograk WS 4 alias word star. Jadi, saat saya mundur dari kuliah di Fakultas Sastra UNPAD, saya sudah memiliki sertifikat komputer. Ketika melamar ke Gramedia pada 1989, ketrampilan komputer itu banyak manfaatnya. Hanya saja, saya bekerja di Gramedia menggunakan komputer, tapi pulang ke kosan, hehehehe…. masih memakai mesin tik.

Oh, sepenggal kisah yang indah.

#30thnBaladaSiRoy #baladasiroy #golagong #HAI #gramedia 

2 tanggapan untuk “Komputer Jangkrik

Tinggalkan komentar